Ku terkapar di ambang batas
Lalu kehampaan itu tak hanya menyapa, tapi mencabik sehelai demi sehelai harapan yang tersisa
Kini ruang itu kosong, bayang-Mu menjadi buram
Bagai pengembara di kelam malam tanpa persinggahan, tanpa penujuk arah, dan tanpa arah.
Aku hilang...
Kau telihat begitu mudah digapai oleh teori-teori yang telah ku tahu
Namun ketika ku mendekat, dengan angkuh dinding itu tercipta...
Dinding yang terbangun oleh keegoisanku, yang sungguh dapat kukendalikan...namun sering hati menjadi lemah dan mengorbankan-Mu untuk ke sekian kali.
Akankah Kau tetap disana, menungguku dengan setia melangkah setapak demi setapak, tertatih, terjatuh, undur lagi dikala hati ini lemah...dan begitu mendamba untuk bangkit lagi...dan kembali melangkah mendekati-Mu...
Akankah Kau bersabar atas ketidaksetiaanku, disaat Kau memandangku dengan penuh kasih dan berharap ku menemui-Mu?
Betapa tak layak untukku dicintai dengan cinta-Mu. Yang terlalu sempurna bagiku.
Namun aku begitu berharap cinta seperti itu menjadi bagianku. Lebih dari apapun yang ku mau. Cinta yang sempurna yang membuatku selalu merasa sempurna.
Masih bisakah aku menerimanya? Masih adakah kesabaran bagiku yang mengantarku melangkah lebih dekat lagi kepada-Mu? Masih sabarkah Kau menungguku jika ku terjatuh nanti... dan mengulurkan tangan-Mu ketika kuberharap Kau mengangkatku lagi? Perntanyan-pertanyaan itu selalu menyesaki hatiku.
Wahai Diri-Mu yang Agung, Ku rindu mendekat lagi... melekat kagi... dan Kau memandangku lagi, tersenyum lagi dan menggapaiku lagi....
Karena begitu sulit ku menggapai-Mu
Di sini aku
yang terpuruk
Sungguh mengharap cinta-Mu
0 komentar:
Posting Komentar