Senin, 13 Juni 2011

Janganlah Kamu Menghakimi Maka Kamu Pun Tidak Akan Dihakimi

Diposting oleh Itha Karla di 08.29
Malam yang indah diiringi sedikit gempa menemaniku menghayati moment yang tepat untuk membuang sampah ini. Kebimbangan yang menghantui perasaan dan imanku. Entah untuk membuatku lebih bijak atau terlihat bodoh. Satu lagi masalah yang ingin ku raibkan dalam lembaran halaman blog ini. Setidaknya untuk mengurangi beban pikirku.

Aku punya teman, teman sepermainan dan sepelayanan sebut saja si G. Kami sama-sama melayani anak (sekolah minggu) di lingkungan kami. Satu hari dia melakukan hal yang tidak kami duga. Dia pergi dari rumahnya tanpa ada kabar. 2 hari saja namun mengejutkan orang sekompleks. Setelah berbagai cara kami dan keluarganya lakukan akhirnya dia pulang ke rumah. Banyak yang tak setuju dengan sikapnya. Begitu juga diriku. Sangat tak setuju !

Namun di satu malam setelah kejadian itu, teman sepelayananku yang lain (si I) mengatakan kepadaku agar aku bisa meminta si G agar tidak lagi melayani sebagai pelayan anak untuk sementara (yang tak ku tahu sementara itu sampai kapan). Dia mendapat masukan dari Penatua setempat untuk memberhentikan (sementara) si G karena tindakannya tidak layak dicontoh oleh anak-anak, yang bagi saya mungkin maksudnya tidak bisa dijadikan pelayan.

Sejujurnya pernyataan tersebut sangat mengusikku. Ini menyangkut layak atau tidaknya seseorang menjadi pelayan. Aku yang sangat meyakini bahwa Tuhan itu datang bukan untuk orang yang tidak berdosa, dan perintahnya untuk melayani dan memberitakan injil adalah untuk semua orang yang percaya padanya (bukan untuk semua orang yg tidak berdosa) karena kemanapun kita mencari, kita tak akan mendapatkan orang yang tak berdosa. Aku terusik karena aku pun orang berdosa, membuatku bertanya apakah aku layak untuk melayani ? Semua orang berdosa, lalu siapa yang layak untuk melayani ?

Kita dipilih Tuhan bukan karena kesempurnaan, tapi karena anugerah yang diberikan kepada kita yang percaya. Kepadaku, kepadanya, kepada semua orang yang tak sempurna dan juga mereka yang merasa sempurna. Karena anugerah itu kita dilayakkan. Bukan karena usaha kita. Bukan karena tindakan kita.
Aku teringat kisah Tuhan Yesus yang membela seorang pelacur yang dilempari batu oleh orang-orang. Dia melarang mereka dengan menyuruh orang yang tidak berdosalah yang layak melempar batu itu. Dan tak ada lagi yang melempar, karena semuanya berdosa.

Dalam Yohanes 12 : 47, Tuhan Yesus berkata : “Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya.” Dan Lukas 6 : 37 berkata “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi...”

Tuhan jelas mengajarkan kita untuk tidak menghakimi. Dia saja yang tidak berdosa tidak datang untuk menghakimi tapi untuk menyelamatkan. Layakkah kita yang sama-sama berdosa untuk menghakimi sesama kita? Tuhan akan berkata “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu , maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Tuhan selalu memberi kesempatan untuk anak-Nya berbalik mengikuti Dia. Dia melihat hati, sesuatu yang tak dapat dibaca manusia. Dia sangat tau apa yang Dia lakukan dan aku tak ingin menutup jalan-Nya. Kalaupun ada yang memutuskannya, semoga dia bertindak dengan sangat  bijak dan dituntun oleh Tuhan sepenuhnya. Aku hanya bisa berdoa untuknya.

Karena aku telah menjawab dalam hati, jika Tuhan masih mengizinkan seseorang untuk melayani-Nya, aku tak punya hak apa-apa untuk menggagalkannya.

Mungkin di sini diam akan menjadi emas.


2 komentar:

merry go round on 21 Juni 2011 pukul 08.39 mengatakan...

Sisi Itha lain yang belum pernah saya lihat dari tulisan2 sebelumnya nih. Kamu dewasa banget :)

Saya bukan seorang katolik, tapi saya setuju banget dengan tulisan kamu. Setiap manusia pasti pernah membuat kesalahan. Akan sangat munafik rasanya jika seseorang merasa dirinya menjadi yang paling benar dan paling suci.

Itha Karla on 23 Juni 2011 pukul 15.42 mengatakan...

Whhaa terima kasih mba :")

Senang ada yang setuju ;)

Sukses Jalan2nya y mba :D

Posting Komentar

 

Itha's True Tale Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei